Resign dari pekerjaan di tahun 2015 bukanlah keputusan mudah bagi saya. Apalagi jika belum terpikir akan mengerjakan apa setelah resign. Mungkin itu keputusan paling nekat yang pernah saya ambil. Meski saya tahu pasti, kerinduan terbesar hati saya adalah berwiraswasta. Yang terbersit di benak saya saat itu adalah membeli sebuah mesin jahit, entah untuk apa nantinya. Dengan dana seadanya, saya meminta kepada salah seorang kawan untuk menemani saya membeli mesin jahit.

Setelah mesin jahit sederhana terbeli, lalu saya mulai bingung bagaimana cara mengoperasikannya, karena saya belum pernah menggunakan sebelumnya. Tak kurang akal, saya mulai berselancar di dunia maya untuk mencari petunjuk penggunaannya. Beruntunglah, saya hidup di zaman milenial seperti sekarang ini. Dimana informasi begitu mudah diperoleh dan tak jarang tanpa pungutan biaya alias gratis.

Saya mulai mempraktekkan tutorial-tutorial yang saya peroleh. Lalu tak lupa memotret dan memposting setiap hasil karya saya yang receh itu ke sosial media. Entahlah, saya merasa tak hanya DIKASIHI Tuhan tapi juga DIKASIHANI. Teman-teman dekat mulai memberi apresiasi atas hasil prakarya saya. Satu demi satu pesanan mulai datang. Awalnya saya menggunakan brand NOM Handmade, dimana saat itu saya hanya melayani produksi produk satuan. Tas dan dompet dengan model sederhana bertuliskan nama si pemesan. Lalu NOM Handmade saya ubah menjadi NOM Indonesia, karena kata Dilan, menyandang “Handmade” itu berat, saya tak akan kuat, dikala pesanan produk massal berupa suvenir mulai berdatangan. Keterbatasan tenaga menjadi alasan utama mengapa saya menghentikan sementara waktu produksi tas dan dompet satuan.

Melalui NOM Indonesia, saya banyak dididik Tuhan. Satu hal yang paling saya rasakan adalah tentang bagaimana mempercayakan kehidupan saya sepenuhnya kepada Tuhan. Rasa-rasanya setiap pesanan yang masuk bukanlah hasil jerih lelah saya, tapi Tuhan yang menyediakan dengan cara yang tak pernah saya duga.

Setiap pesanan yang masuk tak hanya membawa kebahagiaan bagi saya, namun juga bagi penjahit-penjahit saya. Karena pesanan-pesanan itu ikut mengambil bagian dalam keberlangsungan hidup mereka. Bagi saya, NOM Indonesia bukan sekadar bisnis pada umumnya, tetapi ladang pelayanan bagi saya. Menjadi pelayan bagi para customer, juga menjadi pelayan bagi tim sekerja saya. Menjadi pelayan tak hanya bicara tentang bagaimana cara memberikan yang terbaik bagi yang membutuhkan produk saya, tetapi juga tentang bagaimana caranya untuk selalu rendah hati menerima ilmu dan pelajaran baru yang datang dari mana saja, serta menjaga hubungan antar manusia tetap berjalan baik.

Besar harapan saya untuk bisa mengelola NOM Indonesia dalam jangka waktu panjang. Bukan hanya untuk menjaga produktivitas tim kerja saya tetapi juga agar saya tetap memiliki sebuah ladang yang luas untuk melayani sesama.

Terimakasih banyak atas support dan kepercayaannya selama ini.

Tuhan Memberkati.

-NOM-