Tidur malamku terlalu dini. Bangunku pun menjadi lebih pagi. Tak bergegas mandi. Karena dinginnya pagi masih tak ijinkanku beranjak dari mimpi. Ya..aku tertidur lagi.

Pukul tujuh lewat lima belas menit. Ku gerakkan badanku sedikit demi sedikit, selimut tipis masih saja melilit karena dinginnya pagi masih menggigit. Ku kelilingi kamarku yang sempit. Ku hentikan langkahku didepan lemari dan sedikit berjinjit. Entah apa yang hendak aku cari. Akhirnya hanya sekedar memastikan, apa saja yang menghuninya selama ini. Ku sentuh setiap isi lemari. Mengeliminasi benda-benda yang sudah tak berfungsi lagi. Ku punguti butiran manik-manik yang sudah terurai, berhamburan terlepas dari tali. Mengapa benda ini masih disini, tanyaku dalam hati. Ku sentuh benda yang lain lagi. Ku jumpai kotak-kotak kado tanpa isi. Ya..sudah tak berisi lagi.

Satu? Tidak.

Dua..

Tiga..

Empat..

Lima..

Ah..ternyata banyak. Ku buka satu per satu. Aku masih ingat, benda apa saja yang pernah menghuni kotak-kotak kosong ini. Meski aku merasa seolah baru pertama kali membukanya. Memoriku berkelana. Mengingat apa saja. Ternyata kotak ini penuh berisi. Berisi memori yang tak akan pernah terulang lagi. Aku tersenyum dalam hati. Bukan hanya isi yang ku ingat. Segalanya masih terasa lekat. Waktu. Momen. Adegan. Bahkan ekspresi saat aku menerimanya, masih lekat ku ingat. Tiba-tiba nafasku seperti tercekat. Ada nyeri yang seketika menghampiri. Untung saja butiran air mata yang sedang terpompa masih mampu kutahan. Satu per satu ku tutup perlahan. Kotak demi kotak. Kotak yang membuat kenanganku tiba-tiba terarak dan menyisakan sesak.

Sekotak memori sungguh ada. Aku tak mengada-ada. Dulu, kupikir hanya sekedar kata yang kutemukan sekenanya. Sekarang aku tahu maknanya. Tak sekedar tentang memori. Tapi juga tentang arti memberi. Bukan seberapa banyak materi yang kita miliki. Tapi tentang sikap hati untuk berbagi dan tidak memikirkan diri sendiri.


-26 Februari 2014-